Senin, 07 Mei 2012

Asuransi Kesehatan


I. DEFINISI
Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dari risiko perorangan menjadi risiko kelompok. Dengan cara mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.
Unsur-unsur asuransi kesehatan :
  • Ada perjanjian
  • Ada pembelian perlindungan
  • Ada pembayaran premi oleh masyarakat
II. ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA DAN PENGELOLAANNYA
Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan berkembang di Indonesia
a.      Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Asuransi kesehatan social memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatanadalah sebuah pelayanan social, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata dibn social erikan berdasar status social masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.
Asuransi kesehatan sosial dilaksanakan dengan menggunakan prinsip:
·         Keikutsertaan bersifat wajib
·         Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
·         Iuran/premi berdasar presentasi gaji/pendapatan
·         Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerja
·         Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan tetapi didasarkan pada risiko kelompok(collective risk sharing)
·         Jaminan pemeliharaan yang diperoleh bersifat menyeluruh
b.      Asuransi Kesehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.
Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja:
·         Keikutsertaan bersifat perorangan atau sukarela
·         Iuran/premi berdasar angka absolute, ditetapkan berdasar jenis tanggungan yang dipilih
·         Premi didasarkan atas risiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
·         Santunan diberikan sesuai kontrak
·         Peranan pemerintah relative kecil
c.       Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private Health Insurance)
Jenis asuransi ini merupakan alternative lain system asuransi kesehatan komersial dengan prinsip-prinsip dasar:
·         Kekutsertaan bersifat sukarela tapi kelompok
·         Iuran/premi dibayar berdasar angka absolute
·         Perhitungan premi bersifat community ratting yang berlaku untuk kelompok masyarakat
·         Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan sesuai dengan kontrak
·         Peran peerintah cukup besar dengan membuat peraturan peundang-undangan


SUMBER : Muninjaya, A.A Gde. 2004. Manajemen Kesehatan edisi 2. Jakarta : EGC

Senin, 23 April 2012

Penentuan Status Gizi


Penentuan Status Gizi pada dasarnya ada 2 yaitu:
1. Pengukuran Langsung
a.       Antropometri
b.      Biokimia
c.       Klinis
d.      Biofisik
2. Pengukuran Tidak langsung
a.       Survei Konsumsi
b.      Statistik Vital
c.       Faktor Ekologi

PENGUKURAN LANGSUNG
1. ANTROPOMETRI
Adalah ukuran dari bermacam-macam dimensi tubuh manusia yang relative berbeda-beda umur, jenis kelamin, dan keadaan gizi.  Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan tersebut terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti, lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2. BIOKIMIA
Adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja,dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
3. KLINIS
Merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakkucukupan zat gizi. Penggunaan metode ini pada umumnya untuk survey klinis secara tepat (rapid clinical surveys). Survey ini drancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
4. BIOFISIK
Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tetentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness) dengan tes adaptasi gelap.
PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG
1. SURVEI KONSUMSI MAKANAN
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survey ini dpat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. STATISTIK VITAL
Adalah menganalisa data beberapa statistic kesehaan seperti angka kematian berdasar umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubunbgan dengan gizi. Penggunaaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. FAKTOR EKOLOGI
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung dari keadaan seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964)


SUMBER :
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC


Jumat, 13 April 2012

Zat-Zat Kmia dalam Rokok.


Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.
Rokok dan zat-zat kimia yang terkandung dialamnya dapat dilihat pada gambar berikut.
 













Gambar 1.  Rokok dan kandungannya (http://ridwanaz.com) 
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine)
Tabel 1. Daftar Bahan Kimia yang terdapat dalam Asap Rokok yang dihisap
No
Bagian partikel
Bagian Gas
1
Tar
Karbon monoksida
2
Indol
Amoniak
3
Nikotin
Asam hydrocyanat
4
Karbolzol
Nitrogen oksida
5
Kresol
Formaldehid

Catatan:
Keseluruhan bersifat karsinogen dan iritan serta bersifat toksik yang lain
Catatan:
Keseluruhan zat ini bersifat karsinogen, mengiritasi, racun bulu getar alat pernapasan, dan sifat racun yang lain
(Sumber: Sitepoe, 1997).

Tar, nikotin dan co berhubungan dengan terjadinya kanker
Nikotin : zat yang menimbulkan ketergantungan/ketagihan. Tidak dimasukkan kedalam NAPZA oleh karena efek farmakologisnya/psikotropiknya (daya racun terhadap kejiwaan) << dibandingkan NAPZA. 

a.    Nikotin
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak.  
b.   Karbon Monoksida
Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% .
c.    Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak.  
d.   Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.  


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan/Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara umur 11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur 18 tahun.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Menurut Lewin perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Laventhal mengatakan bahwa merokok tahap awal dilakukan dengan teman-teman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%) dan orang tua (14%). Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan Helmi (2000) yang mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.
Kebiasaan merokok terjadi karena pengaruh lingkungan sosial, teman sebaya, orang tua, media dan sebagainya. Semakin hari semakin gencar rokok dipublikasikan diberbagai media cetak dan elektronik, semakin hari pula banyak remaja yang merokok dan kecanduan.
Definisi lain menyatakan faktor resiko adalah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Faktor resiko merokok merupakan faktor penyebab pertama kali seseorang untuk merokok atau faktor yang meningkatkan probabilitas seseorang untuk merokok. Faktor resiko tersebut diantaranya :
a.       Pengaruh orang tua
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam interaksi, membentuk pola perilaku dan sikap seseorang yang dipengaruhi norma dan nilai yang terdapat dilingkungan keluarga, kemungkinan seseorang menjadi perokok lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya perokok.
b.      Pengaruh teman
Teman merupakan lingkungan sosial kedua yang mempengaruhi perilaku merokok. Meskipun lingkungan sosial kedua tetapi dalam mempengaruhinya lebih kuat daripada lingkungan keluarga. Faktor yang mempermudah seseorang untuk menjadi perokok adalah sahabat yang merokok.
c.       Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok awalnya karena ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)  ialah konformitas sosial. Orang yang memilki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. Faktor kepribadian merupakan faktor penyabab dari dalam diri individu (intrinsik). Ada beberapa tipe-tipe kepribadian pada diri seseorang yang dapat memicu untuk merokok, misalnya konformitas sosial dan kepribadian lemah. Faktor penyebab ini keberadaannya tidak dapat dirubah. Hal ini sama dengan faktor intrinsik lainnya seperti umur dan genetik.
d.      Pengaruh iklan
Iklan memiliki banyak fungsi diantaranya berfungsi mengkomunikasikan produk-produk baru, membujuk para konsumen untuk membeli produk tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk-produk atau perusahaan tertentu dan sebagai pengingat tentang sebuah produk. Selain itu, iklan menyebabkan seseorang membeli produk atau jasa yang tidak mereka butuhkan. Sebab terakhir yang dapat disebutkan mengapa seseorang merokok ialah rayuan suara nikmatnya rokok melalui siaran radio sangat membujuk untuk merokok.
e.       Jenis kelamin
Perokok laki-laki jumlahnya lebih banyak daripada perokok perempuan, hal ini menunjukan bahwa dimasyarakat orang laki-laki yang tidak merokok dianggap kurang jantan atau kurang berani ambil resiko, ada juga anggapan bahwa seorang anak gadis tidak pantas merokok. Adanya anggapan-anggapan tersebut dimasyarakat akan mempermudah kesempatan merokok pada laki-laki. Faktor yang mempermudah seseorang untuk menjadi perokok adalah seseorang berjenis kelamin laki-laki.
f.       Stres
Merokok mempunyai pengaruh menenangkan, membius dan banyak menggunakannya sebagai cara menghadapi stres (Alexander, 2002). Keadaan stres tidak secara langsung menimbulkan seseorang untuk merokok akan tetapi stres memicu untuk memperoleh atau menggunakan  sesuatu yang dapat menenangkan misalnya menghilangkan stres dengan merokok. Didalam rokok terdapat zat berupa nikotin. Nikotin bereaksi dibagian otak yang mengatur bagian perasaan nyaman dan dihargai.
Hal tersebut baru diketahui oleh para ahli belakangan ini setelah dilakukan berbagai penelitian lebih lanjut. Mereka menemukan bahwa perjalanan nikotin dibagian otak ternyata dapat mencapai tingkatan dopemin. Dopemin ini adalah sebuah transmisi saraf yang mempunyai fungsi menciptakan perasaan nyaman dan dihargai manusia. Perilaku merokok karena stres termasuk perilaku yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Dimana merokok digunakan untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, gelisah sehingga bila merokok perasaan negatif akan terkurangi.
g.      Budaya
Seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Dorongan psikologis seperti ritual-ritual dimasyaralat yang menggunakan tembakau akan menyebabkan seseorang untuk mencoba rokok walaupun mekanisme tidak secara langsung, selain itu budaya maskulinitas yang masih mengakar kuat di masyarakat dapat juga menjadi peluang bagi seseorang untuk merokok.
h.      Pengalaman buruk
Laporan survei yang termuat pada The Journal of The American Medical Association mengungkapkan bahwa orang yang memiliki pengalaman buruk pada masa kanak-kanak lebih besar kemungkinan merokok, merokok sejak usia dini, atau menjadi perokok berat di usia dewasa. Ini jika di bandingkan dengan orang yang memiliki pengalaman sebaliknya.
i.        Kemudahan memperoleh rokok
Faktor pemungkin perilaku merokok adalah tersedianya rokok dijual di sekitar rumah, selain itu penjualan eceran atau batangan meningkatkan akses anak dan remaja terhadap rokok. Penjualan rokok batangan merupakan hal yang biasa, walaupun harga per bungkus sudah rendah. Hal ini mempermudah akses terutama bagi penjualan rokok batangan yang merupakan 30% dari total penjualan perusahaan rokok.
Faktor resiko merokok dapat juga dibedakan berdasarkan:
1.      Faktor resiko intrinsik : usia, jenis kelamin, kepribadian dan stres
2.      Faktor resiko ekstrinsik : orang tua perokok, teman perokok, iklan rokok, tetangga perokok, harga rokok dan sebagainya.